Breakingnewsbandung.comRAJA AMPAT |  Beberapa daerah di Indonesia, terutama di wilayah pedesaan masih kesulitan mendapatkan air bersih. Air yang diakses masyarakat terkadang berasal dari sumber air yang kotor atau tercemar. Dari segi kuantitas, ketersediaan air bersih sangat fluktuatif pada musim hujan dan musim kemarau. Sementara itu, pertumbuhan penduduk yang semakin pesat, membuat permintaan terhadap air bersih semakin meningkat.

Salah satu desa di Papua Barat, Desa Wailabu, Kecamatan Salawati Tengah, Kabupaten Raja Ampat menjadi desa yang harus menghadapi tantangan untuk mendapatkan air bersih. Masyarakat desa tersebut hanya mengandalkan 8 sumur bor untuk memperoleh air baku. Air dari sumur bor tersebut masih banyak mengandung kotoran dan zat-zat berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan.

Hasil survei Tim ITB menemukan bahwa akses listrik di Desa tersebut juga terbatas sehingga pengoperasian pompa sumur menjadi terkendala dan hanya dapat dilakukan saat waktu-waktu tertentu saja. “Listrik di desa kami hanya menyala pada malam hari, mulai pukul 6 sore hingga 11 malam. Itu membuat kami sulit memompa air secara optimal untuk kebutuhan sehari-hari,” ujar salah seorang warga Desa Wailabu.

Institut Teknologi Bandung sebagai kampus yang mengedepankan nilai pengabdian masyarakat, mencoba untuk mengatasi permasalahan air bersih di Papua Barat Daya. Mahasiswa Teknik dan Pengelolaan Sumber Daya Air (TPSDA) yang terdiri atas Rehan Al Baasiq (SA’22) dan Reyhan Kharisma Ramadhan (SA’22), dipimpin oleh Ir. Joko Nugroho, S.T., M.T., Ph.D. serta dibantu oleh 2 teknisi Laboratorium Teknik dan Pengelolaan Sumber Daya Air, di antaranya Darmanto Ady Saputra, S.ST. dan Soka Wiangga, membangun Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk penyediaan energi listrik dalam pengoperasian pompa sumur air di Desa Desa Wailabu, Kecamatan Salawati Tengah, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat Daya.

 

Selama perencanaan, persiapan, hingga tahap eksekusi, kegiatan ini berlangsung selama 4 bulan dari bulan Agustus hingga November 2024. Pengabdian ini mendapat dukungan dari masyarakat dan juga lembaga pemerintahan, di antaranya Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Teknologi Bandung (DRPM ITB), Kemendesa PDTT RI, Desanesha, Kepala Desa Wailabu, dan Sekretaris Distrik Salawati Tengah.

Pembangunan PLTS dilakukan di dua lokasi, yaitu depan musala Desa Wailabu dan samping Rumah Kepala Desa Wailabu. Untuk meningkatkan kualitas air bersih di desa tersebut, sistem PLTS diintegrasikan dengan sebuah teknologi filtrasi air dan dilakukan pembersihan sumbatan pada pipa-pipa air. Tim ITB juga melakukan edukasi dan pemberdayaan masyarakat agar ke depannya dapat mengelola secara mandiri filter air dan panel surya yang sudah dibangun.

Selama menjalani pengabdian ini, Baasiq mengungkapkan beberapa hal yang menjadi hambatan. “Akses jalan yang buruk serta lokasi yang cukup jauh menjadi tantangan dalam distribusi logistik di lokasi perngerjaan. Selain itu, pengerjaan proyek ini sangat bergantung dengan listirik. Sementara di sini akses listrik sangat terbatas di malam hari saja sehingga menjadi tantangan bagi kami,” katanya. Meski begitu, tantangan tersebut dapat terpecahkan dan proyek yang dirancang berjalan dengan sukses.

Kegiatan ini mendapat respons positif dari masyarakat Desa Wailabu. Mereka berharap ke depannya akan ada keberlanjutan dari kegiatan ini. Dari Tim ITB sendiri ke depannya akan mengontrol operasional dari alat filter dan panel surya yang sudah dibangun. Selain itu, kegiatan ini diharapkan dapat menjadi contoh permulaan untuk pengembangan teknologi lebih lanjut di lain lokasi sekitarnya.

Sumber : itb.ac.id

Share.
Leave A Reply

Exit mobile version