Bandung – Debat terakhir Pilkada Kota Bandung 2024 digelar KPU di The Trans Luxury Hotel Bandung, pada Selasa (19/11/2024) pukul 19.00 WIB. Pada debat sesi kelima, masing-masing paslon mendapat kesempatan untuk bertanya terkait sub tema yang diberikan.
Panelis Rosleny Marliani mengambil sub tema melalui fish ball. Pasangan Farhan-Erwin mendapat kesempatan untuk bertanya seputar Pelayanan dan Infrastruktur Kesehatan. Calon Wakil Wali Kota Bandung, Erwin menanyakan pada ketiga paslon lainnya terkait tema tersebut selama satu menit.
“Saya masih jadi Ketua RW. Saya melihat UHC ini posisinya mudah, tapi kadang sulit. Saya ingin tahu bagaimana dari paslon untuk bisa lebih memudahkan semua proses ini? Mohon dijawab dengan komprehensif karena ini bagian dari edukasi masyarakat,” tanya Erwin.
Cawawalkot Yena menjelaskan, bahwa UHC adalah Universal Health Coverage sudah diselenggarakan di Kota Bandung. Ia menilai bagi warga yang sakit dan tidak tercover oleh pusat, bisa dicover oleh daerah.
“Namun sayangnya tidak ada sosialisasi ke masyarakat. Saat saya berkunjung ke satu rumah, ada satu orang sakit yang BPJS-nya mati dan nggak bisa UHC karena sudah punya BPJS. Jadi kami berkomitmen untuk memudahkan, kami tidak ingin mendengar atau melihat warga yang tidak punya biaya, tidak mampu, sakit, dan tidak bisa mengakses pelayanan kesehatan,” jawab Yena.
Ia juga mengatakan akan bersinergi dengan para TKSK dan PSM sebagai garda terdepan untuk menginformasikan pada pemerintah pusat dan daerah. Mereka akan sampaikan bahwa ada yang sakit dan tidak bisa berobat.
“Kami tidak akan tipis telinga. Kami ingin mendengar keluhan masyarakat dan responsif untuk menyelesaikan masalah itu,” janjinya.
Sementara Cawawalkot Arif membenarkan bahwa program UHC sebanyak 68% tidak terserap dengan baik. Menurutnya, hal itu karena minimnya info ke masyarakat.
“UHC yang seharusnya untuk masyarakat menengah ke bawah, harusnya diinformasikan dengan baik, tapi tidak tersampaikan dengan benar. Jadi kami juga buat program faskes pakai kartu Kasadaya. Fungsinya, agar fasilitas kesehatan bisa diakses gratis untuk masyarakat menengah ke bawah,” jawab Arif.
Ia juga memamerkan program kartu Kasadaya yang dikatakan bisa untuk diakses ke puskesmas-puskesmas terdekat. Arif berjanji puskesmas akan dibangun menjadi garda terdepan tempat berobat yang lengkap dengan IGD, ruang rawat inap 24 jam, laboratorium, dan fasilitas poli anak-kandungan.
Sementara Cawawalkot Dhani mengawali jawaban dengan ucapan terima kasih pada mendiang Mang Oded. Dhani mengatakan Mang Oded berjasa meningkatkan UHC dengan maksimal di Bandung. Kini, ia bakal mendorong agar UHC bisa berlangsung dengan cukup menunjukkan KTP Kota Bandung.
“Lalu kami akan mengoptimalkan peran Camat, Lurah, RT, RW, dan integrasi dengan data online. Karena banyak warga Bandung yang sakit tidak tercover. Tentunya kami ingin pastikan bahwa titik-titik puskesmas yang kosong harus ada perencanaan untuk dibangun ke depan. Jam operasional harus diperhatikan karena banyak yang jam 9 pagi sudah tidak mau terima pasien. Kota Bandung tahun 2024 akan terima penghargaan UHC award kategori utama,” harap Dhani.
Namun Erwin menyanggah ketiga jawaban yang dianggap tidak tepat. Ia bahkan mengatakan ketiga paslon belum menguasai soal UHC.
“UHC di anggaran murni Rp270 miliar, Rp280 M di anggaran perubahan, lalu sudah dibayarkan BPJS Rp180 M. Proses UHC itu kalau belum sakit, ke puskesmas, ke Dinkes, baru validasi, baru keluar UHC. Kalau sudah mau paeh, gawat darurat, ke IGD langsung masuk perlihatkan KTP. Tapi dengan prosesnya melalui SKTM Kelurahan, lengkapi KK, KTP, semuanya, jadi ada proses kalo sakit parah,” sanggah Erwin.
Ia menegaskan bahwa UHC bukan hanya untuk warga miskin saja, tapi juga untuk seluruh warga Kota Bandung. Saat menyanggah, Erwin nampak sempat terjeda dan hilang konsentrasi. Farhan pun menambahkan jawaban Erwin untuk melengkapi.
“Maaf tadi Pak Wakil agak terprovokasi karena ada salah satu penonton yang berucap kasar. Program UHC ini, maka kami akan kumpulkan seluruh direktur RS pemerintah dan swasta, untuk bekerja sama menyukseskan UHC bagi warga Bandung,” jawab Farhan.
Sekedar diketahui, debat diikuti oleh empat pasang calon Wali Kota dan calon Wakil Wali Kota, yakni Dandan Riza Wardana-Arif Wijaya (nomor urut 1), Haru Suandharu-Dhani Wirianata (nomor urut 2), Muhammad Farhan-Erwin (nomor urut 3) dan Arfi Rafnialdi-Yena Iskandar Ma’soem (nomor urut 4).
Pasangan Dandan-Arif diusung PDIP dan Partai Demokrat, pasangan Haru-Dhani diusung PKS dan Gerindra, pasangan Farhan-Erwin diusung Partai NasDem, PKB, Partai Gelora dan Partai Buruh sementara pasangan Arfi-Yena diusung Partai Golkar, PSI, PAN, Hanura dan Partai Garuda.
Debat berlangsung selama 150 menit, membahas isu debat yakni Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan Pembangunan Sumber Daya Manusia Sosial Kebudayaan. Tema debat terakhir Pilwalkot Bandung 2024 ialah ‘Strategi Mewujudkan Bandung Kota yang Kreatif, Inklusif, dan Sumber Daya Manusia yang Maju dan Berkebudayaan’.
KPU Bandung mengangkat 5 sub tema debat, yaitu ekonomi kreatif investasi dan daya saing daerah, aksesibilitas pendidikan dan kualitas SDM, partisipasi dan pemberdayaan masyarakat rentan kondusifitas sosial, pelayanan infrastruktur pelayanan kesehatan, serta moderasi beragama dan kemajuan kebudayaan.
Dikutip dari ( Detikjabar.com )