Bandung – Upaya Pasar Caringin membenahi masalah sampah menemukan banyak kendala. Salah satu yang dihadapi pengelola pasar, yakni sulitnya mencari market untuk menjual kompos hasil dari pengolahan sampah.
Seperti diketahui, sampah menumpuk di Pasar Caringin hingga menyerupai ‘gurun’. Kondisi itu terjadi karena pengurangan ritase angkutan sampah dari Caringin ke TPA Sarimukti. Pengelola pasar sebenarnya sudah berupaya agar sampah tidak menjadi ‘gurun’.
Kepala Pengelola Pasar Caringin Asep Syarif Hidayat mengatakan, masalah sampah mulai terjadi setelah adanya pengurangan ritase angkutan dari 10 menjadi 3 ritase per hari. Hal itu membuat puluhan ton sampah menumpuk karena tidak diangkut.
“Kemudian setelah darurat ritase dikurangi jadi 8, kemudian 5 hingga 3. Bayangkan dengan sampah 50 ton per hari kita hanya bisa buang 3 rit sekitar 30 ton, ya sisanya seperti ini (menumpuk),” kata Asep, Kamis (19/12/2024).
Setelah sampah terus menumpuk, pengelola berupaya mengatasi sampah dengan mengolahnya menjadi kompos. Dua mesin khusus bahkan disiapkan di area depan pasar. Namun Asep menyebut, upaya itu terkendala masalah pemasaran.
Kompos yang dihasilkan dari olahan sampah kembali menumpuk karena pengelola pasar yang kesulitan mencari pembeli. Kondisi itu memaksa pengelola pasar menghentikan mesin kompos itu.
*Upaya kami juga dengan mengolah kompos ya, itu per hari kita upayakan 2 ton. Cuma karena marketnya tidak ada ya kita numpuk juga, jadi susah marketnya itu. Jadi masalah juga buat kami, makanya kita stop dulu,” ungkapnya.
Masalah ‘gurun’ sampah yang terjadi saat ini kemudian menggerakkan kembali upaya mengolah sampah agar tidak dibuang begitu saja ke TPA Sarimukti. Asep menjelaskan, pihaknya telah bekerjasama dengan pemerintah untuk menyediakan pengolahan sampah berbasis teknologi.
Melalui pengolahan berbasis teknologi itu, Asep menargetkan sekitar 40 ton sampah di Pasar Caringin bisa diolah sendiri. “Kami sepakat untuk mengolah sampah berbasis teknologi, itu diolah 40 ton per hari mudah-mudahan bisa selesai dan pola 3R,” jelas Asep.
Lebih lanjut, Asep menyebut nantinya pemasok komoditi di Pasar Caringin diwajibkan membersihkan barang-barang yang akan diturunkan ke para pedagang. Upaya ini dilakukan agar tidak ada timbulan sampah tambahan dari pemasok.
Para pedagang Pasar Caringin juga mulai diminta untuk peduli soal sampah, pedagang diharapkan memilah sendiri sampah dari masing-masing lapaknya.
“Kita mensosialisasikan ke pedagang untuk berupaya mengurangi sampah terkait pemilahan, pengumpulan dan pewadahan, supaya sampah tidak berserakan, termasuk kepada pemasok 12 komoditi yang menghasilkan sampah banyak, nanti yang masuk sudah siap jual, tidak diproses di dalam pasar. Itu upaya kami,” tutur Asep.
Dengan upaya-upaya yang dilakukan itu, Asep meyakini wajah baru Pasar Caringin yang jauh lebih bersih bisa terwujud di tahun 2025 mendatang.
“Mudah-mudahan tahun depan sudah zero waste di Pasar Caringin, tidak tergantung pola buang. Tahun depan ada perubahan besar dan Caringin akan jadi role model untuk pengolahan sampah di pasar. Mudah-mudahan sukses,” tandasnya.