Tasikmalaya – Kenaikan harga jual berbagai jenis cabai di pasaran menjadi salah satu pemicu inflasi. Di tahun 2024 lalu, pihak Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya mencatat 4 kali cabai menjadi penyumbang inflasi terbesar.
“Cabai ini memang sudah jadi kebutuhan masyarakat, tapi dari sisi pola panen dan musim sangat berpengaruh terhadap produktivitas petani cabai, sehingga rentan menjadi pemicu inflasi. Tahun lalu kami mencatat 4 kali cabai penyumbang inflasi terbesar di Priangan Timur,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya Laura Rulida Eka Sari usai acara panen cabai di kebun Gapoktan Mekarsari, Kampung Rancageneng, Kelurahan/Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya, Kamis (9/1/2025).
Terkait kenaikan harga cabai kali ini, Laura mengatakan, belum melihat dampaknya terhadap inflasi di Tasikmalaya. Saat ini inflasi di Tasikmalaya masih stabil.
“Kondisi inflasi sekarang masih dalam rentang sasaran ya, kemarin masih di angka 1,94 persen, target sasaran itu kan 2,5 persen plus minus 1 persen. Jadi masih terkendali,” kata Laura.
Sebagai upaya antisipasi BI Tasikmalaya membantu petani cabe di Bungursari dalam peningkatan produksi hasil pertaniannya.
“Ini kita upayakan walau pun cuaca tak menentu, panennya tetap bagus. Satu pohon bisa dapat 1 kilogram. Ini kami bantu pendampingan oleh tim ahli dari Unsil, juga kami beri bantuan peralatan,” kata Laura.
Menyikapi kenaikan harga bahan pangan, termasuk cabai, Laura mengatakan pihak BI Tasikmalaya mengendalikan inflasi dengan strategi 4K yaitu keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif.
“Walau pun inflasi masih stabil, tapi kita tetap harus berusaha menjaganya dengan strategi 4K. Kalau masih belum turun, seperti biasa kita akan lakukan OPM apalagi menjelang Ramadan dan Lebaran,” kata Laura.
Indra Permana, tim ahli pertanian dari Universitas Siliwangi mengatakan, cabai merupakan salah satu komoditas yang rawan lonjakan akibat pasokan berkurang.
Ada waktu tertentu yang membuat petani cabai tiarap untuk menghindari potensi gagal panen.
“Faktor cuaca sangat mempengaruhi tanaman cabe, kalau musim hujan atau cuaca ekstrem seperti sekarang mereka kejar-kejaran dengan hama,” kata Indra.
Lain halnya dengan petani cabe di demplot Bungursari ini yang bisa sukses panen. Indra mengatakan melakukan perlakuan khusus terhadap kebun cabe seluas 1 hektar itu.
“Kalau ini kan kita dampingi, kemudian didukung pembiayaan pengendalian penyakit. Ini disemprotnya 2 hari sekali,” kata Indra.
Ketika ditanyakan apakah perlakuan khusus itu masih masuk harga, atau tak membuat petani rugi, Indra mengaku aman.
“Kan harganya sedang tinggi, jadi masih bisa tertutup,” kata Indra.
Cabe merah jenis Tanjung itu di pasar Cikurubuk Tasikmalaya diterima dengan harga Rp 50 ribu per kilogram.