Tasikmalaya – KPU Kota Tasikmalaya menuntaskan penghitungan hasil pemungutan suara Pilkada Kota Tasikmalaya, Senin (2/12/2024) malam. Paslon Viman Alfarizi-Diky Candra menjadi kandidat dengan perolehan suara paling banyak. Paslon nomor urut 4 ini memperoleh 193.225 suara. Perolehan suaranya unggul merata di 10 kecamatan yang ada di Kota Tasikmalaya.
Di posisi kedua pasangan Ivan Dicksan-Dede Muharam dengan perolehan 83.046 suara. Diikuti oleh pasangan Nurhayati-Muslim di posisi ketiga dengan perolehan 63.875 suara. Posisi keempat ditempati oleh paslon nomor 5 Yanto Aprianto-Muhammad Aminudin dengan jumlah perolehan suara 40.201. Terakhir ada pasangan M Yusuf-Hendro Nugraha dengan 19.377 suara.
“Paslon nomor 4, Viman Alfarizi Ramadhan dan Diky Candra menjadi kandidat dengan perolehan suara terbanyak, total 193.225 suara,” kata Ketua KPU Kota Tasikmalaya, Selasa (3/12/2024).
Rapat pleno rekapitulasi suara hasil Pilkada Kota Tasikmalaya sendiri digelar pada Senin (2/12/2024) pagi hingga menjelang tengah malam di sebuah hotel di Jalan HZ Mustofa Kota Tasikmalaya. Secara umum pelaksanaan rekapitulasi berjalan lancar, meski pada siang hari sempat diwarnai aksi demonstrasi di luar hotel.
Angka Partisipasi Pemilih Turun
Dari rapat pleno KPU itu juga terungkap, jumlah suara masuk tercatat berjumlah 418.368 suara dari jumlah DPT 543.990. Jika dihitung, jumlah pemilih yang tidak datang ke TPS jumlahnya 125.622
Dengan demikian angka partisipasi pemilih di Pilkada Kota Tasikmalaya sekitar 76,9 persen. Angka ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan Pilkada 2019 lalu yang memiliki tingkat partisipasi suara 87,49 persen.
Asep Rismawan mengakui penurunan tingkat partisipasi pemilih di Pilkada Kota Tasikmalaya 2024 ini. Menurut Asep banyak faktor yang bisa mempengaruhi penurunan tingkat partisipasi pemilih. “Jadi bukan karena satu aspek saja,” kata Asep.
Di antara banyak faktor penyebab penurunan partisipasi pemilih, kata Asep adalah banyaknya perantau yang tak pulang kampung. Kebijakan pemerintah meliburkan hari pencoblosan disinyalir tak cukup membuat para perantau untuk pulang kampung dan datang ke TPS. “Karena kembali lagi kepada niat pemilih, mau menggunakan hak pilihnya atau tidak,” kata Asep.
Faktor lainnya adalah akibat jarak ke TPS yang bisa jadi lebih jauh ketimbang saat Pemilu dan Pilpres 2024. Kala Pileg dan Pilpres, jumlah TPS lebih banyak sehingga membuat jarak rumah warga ke TPS lebih dekat. “Kalau di Pilkada ini kan TPS dikurangi jadi banyak RT yang digabung, otomatis sebagian jaraknya lebih jauh,” kata Asep.
Dia mengaku akan melakukan evaluasi terkait penurunan tingkat partisipasi pemilih ini. “Tentu kita akan lakukan evaluasi untuk bahan perbaikan ke depan,” kata Asep.