Breakingnewsbandung.com – Bandung | Kepala BMKG Stasiun Bandung, Teguh Rahayu, menyatakan bahwa pihaknya terus melakukan pemantauan dan deteksi dini sebagai langkah antisipasi menghadapi bencana hidrometeorologi serta potensi ancaman dari Sesar Lembang.
Teguh menjelaskan bahwa seluruh peralatan, seperti sensor, sistem diseminasi, dan Warning Receiver System (WRS), berada dalam kondisi aktif. “Kami memiliki SOP yang mengharuskan peralatan tidak boleh mati lebih dari 24 jam,” tegasnya di Bandung, Kamis (31/10/2024).
Dia juga menambahkan bahwa BMKG memiliki sekitar 33 sensor yang tersebar di berbagai lokasi di Jawa Barat, termasuk peralatan WRS untuk mendeteksi bencana alam, terutama gempa bumi.
“Jawa Barat saat ini dalam status siaga bencana hidrometeorologi. Bencana hidrometeorologi berbeda dengan gempa bumi. Untuk bencana hidrometeorologi, BMKG memberikan informasi terbaru mulai dari H-7 dan H-3. Bahkan sebelum kejadian, kami sudah mengeluarkan peringatan dini di wilayah terdampak,” jelas Teguh.
Mengenai musim hujan, Teguh Rahayu menyampaikan bahwa puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada November. Monitoring terus dilakukan, khususnya di kawasan Bandung Raya.
“Hampir seluruh Jawa Barat telah memasuki musim hujan, meskipun intensitas curah hujan masih rendah di sebagian besar wilayah karena berada pada masa peralihan,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap kemungkinan bencana hidrometeorologi yang mungkin terjadi.